Rabu, 26 November 2008

Harga Murah Jadi Berkah

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang maha pengasih dan penyayang. Sejak dibuka pada Senin, 17 November 2008 lalu sampai Senin, 24 November 2008 SiGaresto terus menampakkan pergerakannya. Penjualan masih fluktuatif, namun setidaknya setiap hari ada barang yang dipesan customer. Inilah romantikanya berdagang, kata seorang teman yang mulai terjun jadi entepreneur warung Sate Padang beberapa bulan lalu. Berdagang itu harus sabar, ujarnya, kadang mendapatkan omset tinggi, kadang juga hanya beberapa porsi yang terjual, sambungnya.Seminggu berlalu dengan penjualan awal yang bisa dibilang lumayan. Menetapkan harga sop iga lebih mahal Rp. 1.000,- dengan sate kambing membawa dampak yang cukup baik. Alhasil, dalam satu minggu ini ada beberapa pembeli yang telah menjadi pelanggan. Terima kasih keluarga Ibu Bidan yang tinggalnya tepat di belakang SiGaresto atas pesanan sop iga yang hampir setiap hari.
Apakah Harganya Terlalu Murah?Jawabannya adalah tidak, memang margin yang kami peroleh sangat tipis. Namun, dengan harga ini diharapkan fisiologis customer terpengaruhi. Dengan menambah Rp. 1.000,- saja, customer bisa mendapat sop iga atau sop buntut, menu yang hanya ditemui di tempat-tempat tertentu, dibandingkan dengan sate yang mudah ditemui di warung kelas kaki lima. SiGaresto tidak menyediakan air teh gratis di meja makan, karena itu pulalah kita menyediakan berbagai minuman panas maupun dingin sebagai pilihan bagi siapapun yang bersantap di SiGaresto. Ini pulalah yang kemudian menyebabkan sebagian customer memilih untuk take away sop iga, nasi goreng maupun sop buntut-nya. Namun, ada sebagian komentar dari karyawan perusahaan di sekitar Jababeka yang telah terbiasa minum juice dengan Rp. 8.000,-, sop iga dengan harga Rp. 25.000,- di restoran atau foodcourt di pusat perbelanjaan berkomentar bahwa "Harga yang kami tetapkan terlalu rendah". Kami menyadari, tetapi demi agar harga lebih terjangkau oleh pasar sasaran kami, kami rela dapat margin relatif rendah tapi volume penjualan tinggi daripada margin tinggi tapi tidak ada penjualan.

SiGaresto :
Menu A'la Resto, Ga Bikin Kantong KO
Menu Restoran, Harga Pinggiran

Selasa, 25 November 2008

Apa Salahnya “Meniru” Nestle?

Minggu lalu saya bertemu dengan seorang teman yang dipecaya sebagai perwakilan perusahaannya untuk menghadiri pertemuan yang diselenggarakan oleh PT. Nestle Indonesia (PT. NI). Pertemuan itu dihadiri oleh semua lini bisnis yang terlibat dan dilibatkan oleh PT. NI untuk mendukung kelancaran bisnisnya, dari mulai supplier, co-packer (perusahaan pengemas produk-produk PT. NI), distributor dan bagian-bagian lainnya.
Kata teman saya, di pertemuan yang diselenggarakan di hotel ternama di bilangan Jakarta itu, PT. NI memberikan kesempatan kepada siapapun untuk melakukan presentasi atas program, inovasi atau apapun namanya yang dapat meningkatkan kinerja PT. NI dengan seluruh perangkatnya. Presentator dan penggagas program terbaik dianugerahi sepeda motor, home theater, televisi dan lain-lain sesuai dengan peringkatnya.
Yang mengusik perasaan saya adalah : Antusiasme teman saya tersebut untuk mengikuti program yang diselenggarakan PT. NI tahun berikutnya. Kemudian saya tanya : “Apakah karena hadiahnya sepeda motor?” Yang kemudian dijawab : “Bukan semata-mata karena hadiahnya”. Rupanya “kebaggaan” sebagai salah satu presentator, penyumbang ide bahkan memberikan dampak efisiensi cost, peningkatan produktifitas dan penjualan yang menjadikan dia terpacu untuk turut andil dalam program kompetisi tersebut. Karena ide dari orang-orang lapangan itu biasanya bersifat praktis, namun dapat memberikan solusi sampai akar permasalahannya.
Pada kenyataannya memang demikian, karyawan pada umumnya tidak hanya menginginkan penghargaan berupa materi, namun juga berupa penghormatan atas karya yang telah dilakukannya. Seringkali perusahaan-perusahaan kecil dan bahkan perusahaan besar belum menyadari pentingnya hal ini, mereka hanya mempertimbangkan uang sebagai satu-satu-nya bentuk penghargaan atas prestasi karyawan, padahal jika dihitung kasus yang terjadi pada PT. NI tersebut, efisiensi atau peningkatan performa perusahaan pasti jauh lebih tinggi dibandingkan harga sebuah motor bebek, home theater dan televisi 21 inch. Namun, tanpa kehilangan arti dari hadiah-nya, perusahaan tetap dapat memberikan dorongan moril kepada inovator-inovator tersebut.
Pastinya, ide-ide “berharga” itu akan jauh lebih “berharga mahal” jika terlontar dari mulut seorang konsultan. Jadi, mengapa harus membayar lebih jika ternyata karyawan yang kita miliki ini mempunyai pemikiran yang brilian dalam menyelesaikan permasalahan atau meningkatkan produktifitas yang akan merasa sangat tersanjung dengan “penghargaan” dari atasan dan perusahaan tempatnya bernaung.


SiGaresto :
Menu A'la Resto, Ga Bikin Kantong KO
Menu Restoran, Harga Pinggiran

Kamis, 20 November 2008

Syukuran, Ikrar Kami untuk Mengabdi dalam Usaha Rumah Makan

Acara syukuran sebagai ikrar dibukanya SiGaresto berlangsung sederhana pada hari Sabtu, 15 November 2008 dengan dihadiri oleh pemilik tempat, tukang ojek, tetangga warung, para pemuda dan ustadz yang memberikan nasihat dan memimpin do'a. Acara diisi dengan perkenalan personil SiGaresto yang kemudian dilanjutkan dengan tausiah dari Pak Ustadz yang memberikan wejangan bahwa "Berniaga adalah mata pencaharian yang dilakukan oleh sebagian NabiAlloh" Para pengelola telah ditunjukkan jalan untuk berusaha disini, sehingga semoga ini merupakan jalan yang baik bagi semuanya" tidak lupa pula Pak Ustadz mengingatkan agar jika usaha ini diberi kelancaran, jangan lupa menyisihkan hak fakir miskin 2,5% dari keuntungan yang diperoleh, karena janji Alloh, dengan dikeluarkannya zakat, selain mensucikan harta yang dimiliki, juga akan menambah berkah, Amiiin.Doa yang panjangpun dipimpin oleh Pak Ustadz, semoga segala do'a kebaikan tersebut dikabulkan oleh Alloh SWT. Oh... iya, beliau juga berpesan agar pengelola restoran segera bergantian menjalankan sholat jika waktu sholat tiba saat di restoran.Rasa syukur yang tak terkira kami panjatkan kepada Alloh, Tuhan semesta alam rahmat dan hidayahnya, serta atas kesempatan yang telah diberikan. Terima kasih Pak Ustadz atas tausiahnya, terima kasih Pak Haji Yadi yang telah memberi kesempatan kepada kami untuk menggunakan tempat ini dan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendoakan kelancaran usaha kami, semoga semuanya mendapatkan balasan yang setimpal dari Alloh.

SiGaresto :
Menu A'la Resto, Ga Bikin Kantong KO
Menu Restoran, Harga Emperan